BANDUNG,(PRLM).-Anggota DPR RI, Habib Nabiel
Almusawa berharap pemerintah merasa tercambuk menyusul neraca
perdagangan Juni 2014 yang diprediksi mengalami defisit USD 300 juta.
Pemerintah dan segenap aparaturnya diminta bekerja lebih keras agar
defisit tidak berlanjut pada bulan-bulan berikutnya.
“Neraca perdagangan adalah indikator sederhana kinerja pemerintah
secara umum. Defisit merupakan indikator buruknya kinerja," kata Habib
Nabiel dalam rilisnya ke "PRLM", Jumat (18/7).
Menurut Habib, semakin besar defisit maka semakin buruk kinerja.
"Sebaliknya apabila surplus, semakin besar surplus maka semakin baik
kinerja”, paparnya.
Dari laporan Bank Indonesia, kata Habib, memprediksi neraca
perdagangan Juni 2014 mengalami defisit. Gubernur Bank Indonesia (BI)
Agus DW Martowardojo memprediksi neraca perdagangan Juni defisit USD 300
juta. "Defisit tersebut terutama dipicu tingginya impor bahan bakar
minyak (BBM)," katanya.
Jika impor BBM masih tinggi, maka capaian kinerja ekspor non migas
yang telah menunjukkan perbaikan akan sia-sia. "Angka neraca perdagangan
Juni lebih parah dibandingkan bulan Mei yang masih mencatat surplus USD
70 juta. Sungguh menarik membandingkan neraca perdagangan bulan Mei
dengan Juni," katanya.
Sudah sejak lama kita impor BBM, termasuk di kedua bulan tersebut.
"Tetapi mengapa neraca perdagangan di Mei bisa surplus sementara di Juni
defisit ?" ucap Habib.(Sarnapi/A-107)***
sumber : http://www.pikiran-rakyat.com/node/289825
0 komentar:
Posting Komentar