TEMPO.CO, Jakarta
- Kekesalan para politikus Partai Demokrat terhadap manuver Partai
Keadilan Sejahtera tertumpah dalam pertemuan dengan Ketua Dewan Pembina
Demokrat yang juga Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, Minggu kemarin
sore, 1 April 2012. (Baca: SBY: Harga BBM Naik Dikaitkan Politik 2014)
Dalam
acara selama sekitar tiga jam di kantor pusat Demokrat, Jakarta, para
pengurus pusat meminta Yudhoyono mencoret PKS dari koalisi. Alasannya,
PKS dinilai telah mengkhianati komitmen koalisi untuk menyokong
pemerintah soal usulan kenaikan harga bahan bakar minyak.
"Ada
aspirasi yang kuat di kalangan kader Demokrat agar (partai) yang tak
konsisten dengan kontrak koalisi diberi hukuman," kata Ketua Umum
Demokrat Anas Urbaningrum. Menurut dia, aspirasi itu disampaikan dalam
acara spesial karena baru pertama kalinya Yudhoyono hadir dalam rapat di
kantor pusat Demokrat.
Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat
Saan Mustopa mengungkapkan hampir seluruh hadirin berkeluh-kesah
mengenai sepak terjang PKS. Mereka meminta Yudhoyono menertibkan PKS
yang kerap tak sejalan dalam mendukung kebijakan pemerintah. "Kami
berharap ketua koalisi (Yudhoyono) memenuhi aspirasi kader Partai
Demokrat."
Adapun Ketua Departemen Komunikasi Publik
Demokrat Andi Nurpati menyatakan Yudhoyono menerima dengan baik aspirasi
para kader itu. Nurpati berpendapat PKS bukan kritis, melainkan sudah
menentang koalisi. Ia pun menuding ada menteri dari PKS yang sengaja tak
mensosialisasi kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM.
Dalam
rapat paripurna DPR, PKS berbeda sikap dengan lima partai koalisi
lainnya yang menyetujui pemerintah menaikkan harga BBM, asalkan harga
minyak mentah Indonesia naik minimal 15 persen selama enam bulan. PKS
sependapat dengan tiga partai oposisi yang menolak pemerintah menaikkan
harga. Tiga partai itu adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan,
Partai Gerindra, dan Partai Hanura. Melalui pemungutan suara, akhirnya
opsi koalisi yang menang.
Ketua Dewan Syura PKS Hilmi
Aminuddin menyerahkan keputusan kepada Presiden Yudhoyono. Ia menyatakan
belum ada pembicaraan dengan Yudhoyono mengenai pencopotan menteri dari
kabinet. (Baca: PKS Mendua, Menteri Tifatul Disebut Terpojok dan PKS Persilakan Menterinya Dicopot)
Pengamat
politik Effendi Gazali berpendapat PKS akan mudah dikontrol jika tetap
di koalisi. "Lebih menguntungkan (bagi Yudhoyono) karena PKS
tersandera," katanya. Tapi Yudhoyono terkesan lemah jika tak mencopot
seluruh menteri dari PKS. (Baca: SBY Beri Sinyal Depak PKS)
l FEBRIYAN | MARIA Y | ANANDA P | JOBPIE S
sumber : http://id.berita.yahoo.com/curhat-demokrat-soal-pks-ke-sby-233623617.html
0 komentar:
Posting Komentar