SALAM-ONLINE.COM: Sejumlah
analis mengatakan bahwa “festival” publik yang diselenggarakan oleh
Harakah Muqawwamah Islamiyah (Hamas) Palestina dalam Miladnya yang ke-25
adalah yang terbesar dalam sejarah gerakan ini.
Sabtu (8/12/2012), maju satu pekan dari tanggal 14 Desember (hari
kelahiran Hamas pada 1987), ratusan ribu rakyat Palestina berpawai,
mengibarkan bendera kemenangan–seakan ingin membuat gentar dan ciut
nyali sang pecundang, jahanam Israel.
Selain bendera kebangsaan Palestina, di sepanjang Jalur Gaza, bendera
hijau Hamas menghiasi “pawai kemenangan” setelah November lalu berhasil
menekan penjajah Israel dalam kesepakatan gencatan senjata yang menurut
para analis lebih menguntungkan Palestina, khususnya Hamas.
Kendati kantornya hancur dan hampir 200 warga Palestina gugur, lebih
1000 luka-luka, dalam perang 8 hari, 21-28 November, dengan sang
penjajah, Hamas dalam suasana penuh sukacita.
“Kami percaya bahwa Israel kalah dalam perang ini, dan kemenangan itu
adalah milik kita,” kata juru bicara pemerintah Hamas, Taher al-Nounou
seperti dikutip the Guardian.
Menurut al-Nounou, kemenangan itu bukan kemenangan militer, tetapi
kemenangan bagi keinginan warga Palestina. Perlawanan sengit yang
diluncurkan pejuang di Jalur Gaza, dan desakan internasional, membuat
Israel menerima tuntutan Palestina untuk mengakhirinya agresi
militernya.
Selain itu, menurut sejumlah pengamat, kesepakatan gencatan senjata
dengan membuka blokade, keberpihakan internasional dengan pengakuan
status negara di PBB, dan “bebas”nya Presiden Biro Politik Hamas Khalid
Misy’al untuk mengunjungi Gaza, merupakan “kekalahan telak” penjajah
Israel, sebaliknya langkah kemenangan bagi Palestina.

Hanya saja, memang, menurut Hamas, penjajah Israel “lebih paham
bahasa perang” ketimbang jalur diplomasi dan politik. Di jalur ini,
umumnya Israel tak peduli dengan desakan dan sejumlah resolusi yang
dikeluarkan PBB. Semua resolusi, kecaman dan kutukan terhadap bangsa
pongah ini tak mempan.
Tapi di sisi lain, sebenarnya Israel berada dalam ketakutan yang luar
biasa ketika harus berperang berhadapan dengan Mujahidin. Dajjal
teroris ini sadar betul, bahwa mereka berperang untuk hidup–sehingga
takut mati–sementara Mujahidin bertempur ingin mereguk syahid.
Kini, situasi terakhir di Gaza, dikabarkan membuat para pemimpin
Israel kebingungan. Kehadiran Misy’al, ini juga yang membuat was-was
Israel, diharapkan melahirkan harmoni dan sinergi baru di tubuh pimpinan
Hamas yang dalam masa terasing dan yang berbasis di Gaza. Selain itu,
Hamas dan Fatah diharapkan bisa berdamai demi kemerdekaan Palestina.
“Kami akan melakukan yang terbaik untuk menerapkannya (rekonsiliasi). Kami siap,” janji Nounou.
Maka, kehadiran Misy’al, khususnya bertepatan dengan Miladnya Hamas,
makin menambah suasana menjadi lebih hidup dan menjanjikan. Menurut
Hamas, Milad kali ini memang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Hamas
memperkirakan sekitar 500 ribu massa menghadiri acara ini.
Tak hanya rakyat Palestina. Delegasi resmi dari luar negeri turut
mensyi’arkan hajatan Hamas ini, sebut misalnya, dari Mesir, Qatar,
Turki, Malaysia, dan lainnya.
Tak ketinggalan, para pemimpin dari seluruh faksi di Palestina,
termasuk Gerakan Pembebasan Nasional Palestina (Faksi Fatah), juga
berpartisipasi dalam Milad ini, bersama ratusan ribu warga lainnya.
Acara Milad Hamas ke-25 ini berbeda dengan milad sebelumnya, karena
dalam suasana baru berperang dengan penjajah Israel, dimana menurut
sebagian besar pengamat, Hamas adalah pemenangnya, sebagaimana
disinggung di atas.
Suasana Milad ini pun cukup membuat surprise, karena kehadiran
Presiden Biro Politik Hamas Khalid Misy’al untuk pertama kalinya.
Seperti diketahui, selama ini Misy’al hidup di pengasingan, sehingga
memimpin Hamas dari luar Palestina.
Misy’al didampingi Perdana Menteri Palestina Ismail Haniyeh dan para
pemimpin Hamas lainnya. Segenap warga Palestina menyambut kedua
pemimpinnya dengan antusias dan suka cita.
Misy’al berkali-kali mengalami percobaan pembunuhan yang dilakukan
oleh militer Israel dan Mossad. Hidupnya memang terancam. Penjajah
Israel “mengharamkan”nya memasuki Palestina. Bahkan mantan Presiden
Mesir Husni La Mubarak turut mencekalnya, sehingga pria yang berasal
dari Tepi Barat ini harus bersabar untuk masuk ke negaranya sendiri.

Setelah melewati perbatasan Mesir, Misy’al berlutut dan menyentuh
tanah dengan dahinya untuk melakukan sujud syukur. Ia kemudian disambut
di bawah kehangatan sinar mentari, masih di bulan Muharram–bulan pertama
Hijriah–oleh puluhan pejabat dari sejumlah faksi.
Ketika berbicara dengan wartawan, Misy’al mengatakan, kedatangannya
ke Jalur Gaza seperti kelahiran kembali. Kelahiran setelah ia
meninggalkan tempat kelahirannya, Tepi Barat Sungai Jordan, pada 1956.
Kelahiran setelah ia selamat dari upaya pembunuhan penjajah Israel pada
1997.
“Saya berdoa kepada Allah bahwa kelahiran keempat saya akan datang
terjadi pada hari kita membebaskan Palestina,” kata Misy’al sebagaimana
dikutip Reuters, Jumat (7/12/2012).
Kini, setelah dalam perjalanan panjangnya, Misy’al bertatap muka
langsung dengan saudara-saudaranya di bawah Panji Tauhid, dalam tanah
Palestina, dalam ranah Hamas di Gaza–tanpa takut dengan moncong dan
congornya Zionis Laknatullah. Melalui Hamas, wadah perjuangannya dalam
menegakkan kalimatillah, Allah menakdirkannya kembali menyentuh tanah
Palestina.
Ini bukan suatu kebetulan, karena memang tak ada yang kebetulan,
semua yang terjadi di dunia ini adalah atas kehendak Allah. Allah
berkehendak, Misy’al bisa masuk Gaza pada saat rakyat Palestina penuh
sukacita dan bersyukur atas nikmat-Nya, di tengah “kemenangan” dan Milad
Hamas yang ke-25.
Hamas, wadah yang Allah jadikan sebagai inspirator, motivator,
generator dan motor bagi Mujahidin dan rakyat Palestina untuk berkuah
darah menjemput maut, menemui Rabb, sebagaimana janji–membunuh atau
terbunuh–dalam parade syahid yang penuh kenikmatan hidup di alam lain.
Hamas atau Harakah al-Muqawwamah al-Islamiyah—Gerakan Pelawanan
Islam—Palestina yang didirikan pada 14 Desember 1987 oleh Asy-Syahid
Syaikh Ahmad Yasin dan sahabat-sahabatnya, telah menjadi motor gerakan
rakyat Palestina yang merindukan syahid.
Syaikh Yasin, dia adalah ruh perjuangan Palestina, seorang Mujahid
sekaligus Amir Mujahidin Palestina—meskipun lumpuh dan harus
menggerakkan perjuangan dari kursi roda. Tapi dari spiritnya itulah
gerakan intifadhah berhasil membuat ciut nyali penjajah Israel.

Dari pesawat heli tempur Apache buatan Amerika, rudal keparat Zionis
diarahkan ke Syaikh Yasin selepas sang Mujahid melaksanakan shalat subuh
di masjid kota Gaza, Senin, 22 maret 2004.
Allah telah memilih Syaikh Yasin, salah satu sekian dari sedikit hamba pilihan-Nya yang memperoleh syahid–kematian terindah dalam kehidupan manusia. Allahu Akbar! (isa/salam-online)
0 komentar:
Posting Komentar